Di tengah
perjalanan, saya berhenti di pertigaan yang biasa disebut Jemplang. Entah kenapa
nama itu diberikan, mungkin karena disitu terdapat pos penjagaan TN-BTS yang
dilengkapi portal. Sehingga masyarakat menyebutnya (Jemplangan=jungkat-jungkit
dalam bahasa jawa). Di pertigaan itu ada tiga warung makanan yang berjajar di
tepi jalan. Disitu mulai terlihat keramaian, rupanya para crosser dengan motor
gagah mereka menjadikan tempat itu sebagai meeting point.
“Ah nanti saja mampir sini,”
pikirku. Kulanjutkan perjalananku. Seketika saya pun menoleh ke kiri. Di tempat ini
lah saya pertama kali takjub dengan keindahan alam ciptaan Tuhan. Disini lah
pertama kali aku ingin bersujud untuk mengaggumi kekuasaan Tuhan.
Tempat inilah yang biasa disebut Savanna Bromo.
Berbukit-bukit indah hijau
membentang. Sejauh mata memandang hanya terdapat bukit-bukit yang berwarna
hijau. Pernah menonton film Teletubies? Dengan gundukan-gundukan indah berwarna
hijau yang menghiasi hampir keseluruhan frame? Ya kira-kira seperti itulah
pemandangan disini. Maka tak jarang orang menyebutnya Bukit Teletubies.
Sepanjang perjalanan, mata
telanjangku disuguhi pemandangan indah ini. Hampir sejauh 3 km savanna ini
menemaniku di sisi kiri jalan. Bukit-bukit indah itu berangsur-angsur hilang
dari pandangan, tertutup hutan dan jalanan yang semakin menjauh dari bibir
savanna. Saya kembali berkonsentrasi di jalanan yang kanan kirinya dipenuhi
dengan perkebunan sayur warga.
10 menit kemudian, tibalah diriku di
gerbang masuk desa. Dari kejauhan sudah Nampak rumah-rumah penduduk khas
pegunungan, pendek dan sedikit ventilasi terbuka. Berjajar di perbukitan
bagaikan butiran beras yang tercecer di rerumputan hijau. Kabut hilir mudik
melintasi pesona alam disana. Dingin menusuk jauh ke dalam tulang. Angin bertiup
sepoi seolah tiada henti. Tidak heran jika tempat ini dinobatkan sebagai desa
tertinggi di Jawa.
Memasuki Desa Ranu Pani dengan background Gunung Semeru (3,676mdpl) yang mengeluarkan asap
|
Tanaman bawang tumbuh subur disini
|
Ranu Pani (2,200 mdpl) Begitu
tulisan yang terpampang di atas pintu masuk desa ini.
Dalam bahasa Suku Tengger, Ranu
berarti Danau. Mengunjungi dan tinggal di desa yang terletak di ketinggian
2,200 mdpl jelas bukan perkara mudah. Sun block, topi, dan sarung tangan adalah
perlengkapan wajib disini. Selesai memarkir kendaraan di tepian danau, saya
bergegas menyusuri tepian danau yang indah ini untuk previsualisasi menemukan
spot yang indah untuk memotret. Dan akhirnya kutemukan juga.
Ranu Pani
|
Selesai menggoreskan tinta berupa
cahaya. Saya bergegas pindah ke sisi lain jauh di ujung selatan danau. Warga
sekitar memberitahuku kalau disitu terdapat jalan masuk menuju Ranu Regulo.
Yaitu danau alami lain yang letaknya bersebelahan dengan Ranu Pani. Tidak sampai
10 menit berjalan kaki, tibalah saya di Ranu Regulo. Tidak begitu luas, namun
airnya bersih. Disekeliling danau tersebut tampak beberapa lahan eksperimen
konservasi tanaman edelweiss yang saat ini di TN-BTS terancam populasinya.
Tanah lapang disekeliling danau ini terasa pas untuk camping. “Lain kali saja
kesini dan mendirikan tenda hehehe..” pikirku.
Ranu Regulo yang terletak dibelakang Ranu Pani
|
Sisi seberang Ranu Regulo
|
Selesai eksplore, saya sempatkan
untuk mengitari danau lagi dan menuju ke pos pemberangkatan pendakian Gunung
Semeru. Sekedar mengingat memory masa lalu dengan kawan-kawanku tercinta.
Selepas duduk sejenak, tepat pukul 16.00,
aku pun beranjak mengitari danau lagi dan mengambil motor, kembali ke
Desa Ngadas.
Perjalanan sore itu sungguh sangat
mengagumkan, matahari dengan cahaya hangatnya kembali menerpa savanna yang
hijau menggoda. Saya singgah di Jemplangan yang tadi kulewati untuk sekedar
menyeruput secangkir kopi panas nikmat
khas Suku tengger. Sambil menikmati suasana sore, diriku duduk diam melamun
memandang ke savanna luas di depan mata. Tidak ketinggalan pula, peralatan
menggambarku juga ikut memperhatikan indahnya alam ciptaan Tuhan ini.
Pemandangan tepian savanna. Tebing yang indah dan hijau disinari cahaya lembut matahari
|
Jalanan indah di Desa Ngadas saat matahari mulai terbenam. Desa diatas awan. |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar